Ketahanan pangan rumah tangga khususnya di masyarakat perkotaan saat pandemi COVID-19 merupakan hal yang sangat penting untuk diwujudkan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan dan terganggunya penyediaan bahan pangan dari pelaku budidaya yang tinggal di desa akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah.
Banyak masyarakat perkotaan yang mulai menyadari pentingnya mengonsumsi hasil pertanian sehat melalui budidaya. Kesadaran tersebut rupanya juga tumbuh dan membuat masyarakat wilayah Kricak, Kecamatan Tegalrejo membentuk kelompok tani “Ngremboko”. Kelompok tani ini telah berdiri sejak tahun 2015 dan salah satu kegiatan yang terus menerus dilakukan adalah melakukan budidaya sayur di lahan terbatas maupun lorong-lorong jalan. Kegiatan tersebut membuat mereka menyebutnya sebagai Kampung Sayur dan Lorong Sayur.
Menariknya, kegiatan ini semakin giat dilakukan sejak adanya pandemi Covid-19. Terhitung Maret 2020, kelompok tani “Ngremboko” secara intensif membudidayakan beragam sayuran yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai anggotanya. Mereka bahkan tidak hanya menanam di lahannya sendiri sendiri, namun juga menanam secara berkelompok dan bergotong royong pada lahan kampung seluas kurang lebih 750 m2. Panen raya sayur mayur pun berhasil terlaksana pada Senin,10 Agustus 2020 yang lalu dengan dihadiri oleh Wakil Walikota Kota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, MA.
Semangat berkebun yang ditunjukkan oleh kelompok tani “Ngremboko” ini kemudian memacu PIAT-UGM melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta khususnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam memberikan bantuan benih maupun pendampingan bagi mereka untuk. Lebih lanjut, sebenarnya PIAT-UGM telah diberi mandat oleh universitas untuk mengelola bank genetik sayur tropika dan siap bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan khususnya jajaran Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta yang ingin mewujudkan “Jogja sebagai Kota Sayur”.
“Saya senang sekali dapat melihat langsung kegiatan berkebun sayur yang dilaksanakan oleh masyarakat kota Jogja. Sejak tahun 2015, jumlah kelompok tani kota jogja telah berlipat ganda,” ungkap Drs. Heroe Poerwadi, MA saat menghadiri acara panen raya. Beliau memaparkan konsep yang ingin diusung dalam pengembangan pertanian Kota Yogyakarta ini menggunakan sebutan “Lumbung Mataraman” dengan slogan “Mangan sing ditandur, nandur sing arep dipangan” (mengkonsumsi apa yang dibudidayakan dan membudidayakan apa yang dikonsumsi). Pemilihan sebutan ini tidak dapat dilepaskan dari hakikat sayur sebagai pangan menyehatkan yang mudah dibudidayakan, bernutrisi tinggi sehingga diharapkan dapat berguna untuk mencegah timbulnya penyakit, rendah energi dan bebas kolesterol.
Dalam kesempatan panen raya tersebut, Drs. Heroe Poerwadi, MA juga menghimbau kepada masyarakat yang memiliki lahan kosong agar lahan dapat dimanfaatkan secara bersama oleh masyarakat sekitarnya untuk membudidayakan sayur. “Saya berharap budidaya sayuran secara berkelompok tetap dipertahankan sehingga kebersamaan masyarakat dapat selalu dijaga. Serta kegiatan berkebun berkelompok ini bisa dijadikan ajang sebagai wahana silaturahmi”, pungkasnya.