Penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global (el-nino dan la-nina) dan pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah (96.512 ha/tahun). Untuk menjawab tantangan tersebut maka Fakultas Pertanian dan Pusat Inovasi Agroteknologi UGM berkomitmen untuk merakit paket teknologi budidaya padi intensif berkelanjutan sesuai dengan prinsip Smart Eco-Bioproduction.
Salah satu teknologi unggulan adalah “Perakitan Varietas Padi ‘Amphibi’ Berdaya Hasil Tinggi dan Adaptif terhadap Perubahan Iklim. Perakitan varietas padi yang tahan terhadap perubahan iklim menjadi strategi penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim pada pertanian. Istilah ‘amphibi’ dipakai karena padi yang dirakit dapat ditanam di berbagai kondisi yaitu sawah dan tadah hujan dengan produktivitas sama baiknya. Selain itu, perakitan kultivar padi ‘amphibi’ diproyeksikan untuk mengatasi produktivitas relatif rendah di lahan sub-optimal. Lahan sub-optimal umumnya memiliki masalah agronomi, fisiologi, baik secara fisik lahan, tata air, maupun hama penyakit.