Yogya. KU
Sebagai negara agraris, Indonesia ternyata justru dijajah oleh negara asing
dengan ketergantungan terhadap produk makanan olahan seperti beras, daging,
kedelai, susu, gandum yang harus diimpor dari negara non agraris dengan
menghabiskan devisa negara. Sementara para petani Indonesia justru hidup
sengsara dimana sekitar 60 persen kemiskinana justru berada di pedesaan, dan
lebih dari 70 persen kemiskinaan pedesaan tersebut terkait erat dengan sektor
pertanian.
Demikian pendapat Dr. Cahyono Agus, selaku Kepala Kebun Pendidikan,
Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM, dalam sambutannya saat
menerima kunjungan Mendiknas RI Prof. Dr. Bambang Sudibyo MBA ke KP4 UGM (19/7)
di Kalitirto,.Berbah, Sleman.
Menurut Pak Cahyono, besarnya ketergantungan terhadap produk pertanian ini
disebabkan pertanian dan petani di Indonesia dipaksa berjuang sendiri dan justru
menjadi korban pembangunan tidak seimbang. Sementara pertanian di negara maju
seperti Jepang dan Amerika dapat hidup lebih makmur karena didukung oleh seluruh
komponen bangsanya. Maka perlu diupayakan kerja sama yang sinergis antara
akademisi, pengusaha, pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
ini.
“Untuk itu jaringan ABCG (Academic, Business,Community,Government) harus
dikembangkan untuk menghilangkan ego-sektoral serta mendukung paradigma baru
pembangunan pertanian Indonesia yang mempunyai multi-fungsi, multi-aspek,
multi-faktor, multi-sektor untuk dikelola dalam satu kesatuan manajemen yang
utuh dan terpadu,” katanya.
Disebutkan Pak Cahyono, melalui dana RKAT, hibah SP4, I-MHERE (Indonesian
Managing Higher Education for Relevancy and Efficiency), PBI (Pengembangan
Bidang Ilmu), Ditjen Dikti, maka KP4 telah merintis program revitalisasi
University Farm. Semua ini dilakukan untuk membentuk kemampuan membangun
agribisnis berbasis integrated farming secara mandiri dan juga dipakai untuk
pendidikan, penelitian dan pengembangan bisnis pertanian teradu.
Sebagai sebuah misal, Pak Cahyono menyebutkan, KP4 memiliki peternakan ayam
dengan 5 unit kandang ayam yang mampu menampung 25 ribu ekor ayam setiap siklus
2 bulan dengam omset Rp 3 milyar per tahun. Sedangkan untuk peternakan sapi dan
kambing maupun perikanan juga sedang diupayakan di KP4.
Di bidang ketahanan pangan, KP4 juga sedang melakukan penelitian model
ketahanan pangan bekerja sama dengan Korem 072/Pamungkas. Kerja sama ini, diakui
Komandan Korem 072/Pamungkas Kolonel Ir. Subekti, Msc, berhasil mengembangakan
11 model ketahanan pangan dengan menggunakan lahan seluas 2,5 hektar.
“Model pengembangan ketahanan pangan ini telah berhasil menjadikan produksi
jagung dan kedelai 3 sampai 3,5 ton per hektar. Setidaknya mampu memberikan
tambahan produksi sekitar 0,5 hingga 1,5 ton,” jelas Pak Bekti.
Model ini kata Pak Bekti, dalam waktu dekat akan diujicobakan lagi di 11
kabupaten di Jawa Tengah dan DIY dengan melibatkan 75 kelompok tani, bila
berhasil akan diterapkan di provinsi lainnya di Indonesia.
Manfaat yang didapat, kata Pak Bekti, selain untuk mendukung program
swasembada pangan, juga memberikan pekerjaan alternatif bagi pensiunan TNI saat
memasuki masa pensiun. “Setelah pensiun, mereka punya keahlian untuk bercocok
tanam,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Nasional RI, Prof. Dr. Bambang Sudibyo MBA.
dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi kepada KP4 UGM. Menurutnya sangat
jarang kampus yang terdiri para profesor dan Guru Besar melakukan kerja sama
dengan tentara.
“Untuk pertama kalinya kampus bekerja sama dengan tentara, di tengah kondisi
dunia yang sedang mengalami permasalahan yang sama terutama di bidang energi dan
pangan, ini sangat bagus, apalagi tentara kan punya pekerjaan lain nantinya
selain perang, ” tuturnya.
Mendiknas menandaskan, jika kerja sama ini berhasil tentunya akan menjadikan
KP4 sebagai pusat unggulan riset di bidang pangan dan bisa diterapkan di daerah
lain di Indonesia.
“Karena masih banyak lahan yang kosong di indonesia yang belum digarap secara
maksimal,” ujarnya. (Momon)
Berita dikutip dari http://ugm.ac.id