UGM MENANGKAN DANA HIBAH BAGI 39 BEASISWA KANDIDAT DOKTOR
UGM memperoleh hibah beasiswa Presidential Scholars Fund (PSF) dari Ditjen Dikti untuk menyekolahkan 39 orang kandidat program Doktor ke luar negeri. Program PSF Dikti ini disponsori oleh Fullbright, Monbusho dan World Bank. Program peningkatan kualitas staf akademik ini dilakukan untuk memperkuat pengembangan di 4 pusat unggulan (Center of Excellent, COE). Unit COE UGM yang disetujui adalah yang telah mempunyai track record baik dan siap membangun pusat unggulan, yaitu:
- Good Corporate Governance di Fakultas Ekonomi (10 kandidat Doktor),
- Translational Research on Cancer di Fakultas Kedokteran (10 kandidat)
- Medical Diagnosis System and Treatment Based on Physics di Jurusan Fisika, FMIPA (10 kandidat)
- Religion Study di Sekolah Pasca Sarjana (9 kandidat)
Bidang Ilmu Kedokteran dan Fisika diarahkan dapat studi lanjut ke Jepang, sedangkan bidang Ilmu Ekonomi dan Agama ke USA atau Uni Eropa. Diperkirakan, biaya keseluruhan untuk studi lanjut Doktor diluar negeri (pelatihan, beaya hidup, uang masuk, auang kuliah, penelitian dsb) adalah berkisar US$ 250.000 atau setara Rp 2,25 milyar/orang, sehingga total anggaran yang diusulkan adalah sekitar Rp. 87 milyar.
Untuk mendapatkan sinergisme unggulan yang lebih optimal, maka diharapkan maksimal 50% yang dibutuhkan (19 kandidat doktor) dapat diisi oleh dosen tetap UGM yang telah ada, sedangkan minimal 50% (20 kandidat doktor) akan direkrut melalui seleksi terbuka tapi terstruktur dari calon unggulan yang berasal dari luar.
Disamping didukung oleh PSF ini, maka pada masing-masing Pusat Unggulan juga disinergiskan dengan program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Unit yang terlibat ini juga sedang diusulkan untuk mendapatkan dana PHK-I (Program Hibah Kompetisi-Institusi) dari Dikti dan sumber dana lain.
Sebelumnya, kandidat doktor harus mencari sendiri-sendiri peluang untuk memperoleh beasiswa melalui berbagai sumber tanpa melihat kebutuhan, arahan dan sinergisme dengan bidang ilmu lain. Dengan pembentukan pusat unggulan ini, maka diharapkan dapat terjadi sinergisme, inisiatif pengembangan secara parallel, pembentukan critical mass, peningkatan komitmen institusi dan penerima beasiswa. Dengan demikian, kebutuhan kepakaran institusi untuk mencapai unggulan bangsa lebih didahulukan untuk disinergiskan dalam pembentukan COE tsb dibanding kebutuhan individu dosen untuk studi lanjut.
Selama ini, doktor yang baru datang dari luar negeri tidak bisa berkembang dan berkontribusi dengan baik bagi pembangunan bangsa, karena kurangnya fasilitas penelitian, minimnya dana penelitian, atmosfer akademik yang kurang kondusif, keterbatasan akses untuk memperoleh informasi ilmiah, adanya stagnasi karier, buruknya sistem insentif dll, sehingga mereka tidak bisa produktif dan harus mencari sambilan kegiatan yang tidak terkait dengan bidang yang digelutinya, misalnya: menjadi pejabat struktural, konsultan, kepala proyek, panitia pengadaan barang dsb. Bahkan terkesan bahwa Doktor Indonesia lebih banyak menjadi “ahli di segala bidang, kecuali di bidangnya sendiri”. Dengan perencanaan pra, saat dan pasca sekolah doktor dalam pengembangan COE, maka diharapkan kontribusi mereka untuk mendukung UGM sebagai World Class Research University dan peningkatan daya saing bangsa akan lebih baik.
Dr. Cahyono Agus
Dosen Fakultas Kehutanan UGM
Direktur PIU PSF (Program Implementation Unit, Presidential Scholars Fund) UGM
HP: 081 5688 8041
Email: acahyono@ugm.ac.id
http://www.acahyono.staff.ugm.ac.id