Dalam penyediaan pangan bagi bangsa, benih memegang peranan penting karena dapat meningkatkan produksi maupun produktivitas suatu komoditas. Pada komoditas padi, peningkatan produktivitas dapat diwujudkan dengan penggunaan benih padi bersertifikat. Benih bersertifikat juga dipercaya meningkatkan mutu hasil karena dapat menjadi sarana pengendali hama dan penyakit tanaman.
Hingga kini, kendala yang dihadapi petani dalam penggunaan benih bersertifikat adalah aksesibilitas dalam memperoleh benih. Atas dasar pertimbangan tersebut, PIAT UGM kemudian menginisiasi program pengabdian kepada masyarakat melalui pendampingan usaha penangkaran benih padi melalui kelompok tani. Setelah dilakukan identifikasi kesiapan kelompok, PIAT mengajak beberapa kelompok tani yang terpilih untuk berkolaborasi diantaranya adalah Kelompok Tani Makmur di Desa Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Kelompok Tani Madurejo dan Kelompok Tani Candisingo yang keduanya terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tujuan dari program pendampingan tersebut diharapkan dapat menciptakan petani mandiri yang mampu menjadi solusi bagi petani di desa-desa sekitar dalam mendapatkan benih padi bersertifikat dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini pun sejalan dengan tujuan program SDGs terutama SDG1 (Tanpa Kemiskinan), SDG2 (Tanpa Kelaparan), dan SDG8 (Pertumbuhan Ekonomi) yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian petani. Di awal pendampingan, kelompok tani terpilih akan mendapatkan bantuan benih padi varietas tertentu mengikuti pola tanam yang dilakukan di PIAT UGM.
Di akhir Desember 2021 lalu, PIAT UGM melakukan penanaman padi varietas Inpari 42 Agritan GSR di blok 1, Kebun Kalitirto, dengan luas area penanaman 11.500 meter. Padi varietas ini merupakan padi sawah irigasi yang diluncurkan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian di tahun 2016. Pemilihan varietas Inpari 42 Agritan GSR berdasarkan beberapa pertimbangan, seperti dapat memiliki anakan produktif sebanyak 18 malai/rumpun dengan potensi hasil gabah basah sejumlah 6 ton/hektar. Meskipun rentan terhadap virus tungro varian 033 dan 073, varietas Inpari 42 Agritan GSR tahan terhadap penyakit blas daun dan tahan terhadap hama wereng batang coklat.
Dengan usia tanam mendekati 120 hari, Minggu (20/3), PIAT UGM melakukan panen raya benih padi varietas Inpari 42. Panen raya dihadiri oleh Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng selaku Rektor UGM; Drs. Gugup Kismono, M.B.A., Ph.D. selaku Sekretaris Eksekutif Kantor Pimpinan UGM; Prof. Dr. Mustofa, Apt., M.Kes selaku Direktur Penelitian UGM; Subejo M.Sc., Ph.D selaku Wakil Dekan II Fakultas Pertanian UGM; dan Dr. Rani Agustina Wulandari selaku Ketua Departemen Budidaya Pertanian UGM.
“Pada panen kali ini, gabah yang dihasilkan akan diproses menjadi benih padi bersertifikat, yang separuhnya akan digunakan sebagai bantuan ke beberapa kelompok tani yang ada di sekitar PIAT UGM. Dengan adanya bantuan benih tersebut diharapkan dapat menekan biaya produksi sehingga pendapatan meningkat”. Ungkap Dr. Siwi Indarti, selaku Kepala Bidang Sumberdaya Pangan Berkelanjutan ketika memberi sambutan sebelum panen dimulai.
Benih merupakan salah satu hasil inovasi pertanian yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan produksi komoditas pertanian. Dengan menghasilkan benih baik di lahan sendiri maupun di lahan petani, UGM melalui PIAT ikut berperan dalam mempermudah petani untuk mendapatkan benih unggul bermutu tinggi serta membantu pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan nasional.
Penanaman padi varietas Inpari 42 Agritan GSR di PIAT UGM menggunakan benih label putih, yang mana hasil panennya akan diproses menjadi benih label ungu sehingga dapat diperjualbelikan di kalangan petani secara luas. Selain dijual melalui PIAT Shop, benih label ungu ini sudah dititipkan di beberapa toko penjual sarana produksi pertanian yang tersebar di Yogyakarta, juga disalurkan langsung ke kelompok tani Sobat PIAT UGM.