Sinergi berbagai stakeholder yaitu academic, business, community, government, dan media atau yang biasa dikenal dengan ABCGM Pentahelix sangat penting dalam menentukan langkah-langkah strategis. Melalui kolaborasi dan kemitraan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mewujudkan sistem pangan yang berkelanjutan. Talkshow Nasional Agrifest 2024 (05/09) di sesi kedua mengangkat tema kolaborasi dan kemitraan di sektor agrokompleks, dengan menghadirkan narasumber dari perusahaan nasional yakni Faisal Reza dari PT East West Seed Indonesia, Muhammad Gani dari PT Pupuk Kujang, Melinda Tunjung Wulan dari PT Kubota Indonesia, serta perwakilan masyarakat oleh Janu Riyanto dari Ketua Gapoktan Tirto Sembodo.
Berdasarkan proyeksi tahun 2050, jumlah populasi penduduk akan melebihi 9 miliar sehingga akan terjadi ledakan penduduk, yang menyebabkan lahan pertanian dan jumlah petani semakin menyusut. Permintaan pada sektor pertanian yang semakin meningkat perlu diimbangi dengan kegiatan pertanian dengan standar yang baik. Salah satu bagian ekosistem pertanian adalah benih. Tersedianya benih berkualitas tinggi sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas pertanian dan menentukan hasil panen. Benih yang unggul membantu petani mendapatkan hasil yang lebih baik dengan tingkat ketahanan terhadap hama, penyakit, sekaligus mendukung efisiensi penggunaan lahan dan sumber daya.
Disampaikan oleh Faisal, PT East West Seed Indonesia atau yang biasa dikenal dengan Cap Panah Merah, memiliki visi untuk menyediakan benih berkualitas tinggi dengan layanan terbaik. Sejalan dengan misi perusahaan yakni ingin mengajak masyarakat untuk meningkatkan konsumsi sayuran sesuai standar WHO sejumlah 140 kg/kapita/tahun. Namun pada faktanya, konsumsi sayuran di Indonesia hanya 40-45 kg/kapita/tahun. “Mindset masyarakat terkait kebiasaan ‘belum makan jika tidak makan nasi’ perlu diubah. Makanan seimbang yang terdiri dari karbohidrat, nutrisi, serat, dan protein harus diperkenalkan sejak dini”, jelasnya. PT East West Seed Indonesia juga mengembangkan Learning Farm dan Bina Tani Sejahtera sebagai upaya untuk mensejahterakan petani. Learning Farm menjadi tempat praktik pertanian dengan standar tinggi secara gratis. Sementara Bina Tani Sejahtera adalah yayasan non profit yang dikembangkan khususnya di wilayah Indonesia bagian timur melalui pembuatan demplot. Ia menambahkan kolaborasi antar pemerintah, petani komersial, pasar, distributor, media massa, dan universitas sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan.
Selanjutnya, Gani menyampaikan program inisiatif dari PT Pupuk Indonesia bernama Agrosolution yang berubah menjadi Program Makmur. Program Makmur merupakan pendampingan secara internsif kepada petani agar tidak bergantung dengan subsidi pemerintah. Program ini memiliki 8 elemen penting seperti kelompok tani, sumber permodalan, off-taker, asuransi, pemimpin, agroinput, dan pendampingan. Hasil dari program ini pun terlihat dari peningkatan hasil panen pada komoditas jagung dari 5 ton/ha menjadi 8 ton/ha dan komoditas tebu dari 60 ton/ha menjadi 104 ton/ha. Tak hanya itu, komoditas lainnya pun turut dikembangkan seperti kopi, kelapa sawit, dan singkong dengan rata-rata hasil peningkatan yang signifikan.
Peran mekanisasi atau mesin dalam pertanian juga penting dalam meningkatkan produktivitas. Melinda menjelaskan bahwa penerapan mekanisasi dapat mengefektifkan waktu dan jumlah tenaga kerja. Saat ini, tenaga kerja untuk menanam padi semakin sulit dicari sehingga mekanisasi menjadi solusi. Penggunaan mesin tanam padi terbukti lebih efisien daripada metode manual, karena hanya membutuhkan satu operator mesin dan satu orang pembawa benih. Penanaman satu hektar bahkan dapat selesai dalam waktu kurang dari satu hari. Selain menekan biaya operasional, penggunaan mekanisasi lebih praktis dan nyaman. Meskipun biaya mesin tergolong mahal, peluang bisnis dapat diciptakan melalui sistem sewa alat pertanian.
Sebagai penutup diskusi, Janu menegaskan bahwa petani harus maju, mandiri, dan modern. Unsur modern yang dimaksud adalah menggunakan alat untuk menanam sehingga efisien biaya dan waktu. Seperti yang dilakukan oleh Gapoktan Tirto Sembodo yang merupakan salah satu Gapoktan terbaik di kabupaten Sleman. Pada bulan September 2024 lalu, Gapoktan Tirto Sembodo berhasil memperoleh omzet sebesar Rp 2,8 miliar. Pencapaian tersebut diperoleh karena Gapoktan Tirto Sembodo memiliki 9 unit usaha diantaranya alsintan, pupuk organik, benih bawang merah, benih cabai, koperasi simpan pinjam petani, produk olahan cabai dan bawang merah, titik kumpul cabai, hingga warung dobos petani. Ia menambahkan, petani harus maju dengan menggunakan benih yang tahan hama dan penyakit, rajin meningkatkan informasi dan pengetahuan, serta harus mandiri agar tidak selalu mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Melalui sesi Talkshow Nasional ini, diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan SGD 1: Tanpa Kemiskinan, SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan, SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.