Hari kedua penyelenggaraan PIATalk #5 mengangkat tema tentang strategi pengelolaan agroekosistem sebagai kunci dari pertanian berkelanjutan. Kepala PIAT Alan Soffan, M.Sc., Ph.D menyampaikan harapan besar atas lokakarya ini agar tidak hanya menjadi wadah pembelajaran, tetapi juga memberikan bekal keahlian untuk bersaing dan berkontribusi di sektor pertanian. “Melalui lokakarya ini, kami berharap peserta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dan memanfaatkan peluang yang ada di masa depan”, ujarnya. Di hari kedua, lokakarya mendatangkan tiga pakar UGM yakni Prof. Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Sc., IPU dan Dr. Eka Tarwaca Susila P., S.P., M.P dari Fakultas Pertanian, serta Dr. Ir. Murtiningrum, S.T.P., M.Eng., IPU., ASEAN Eng., dari Fakultas Teknologi Pertanian.
Air adalah sumber daya yang tidak tergantikan, sehingga penggunaan air perlu dikelola secara efisien. Dalam mengelola agroekosistem, air merupakan sumber daya utama untuk menumbuhkan tanaman. Air dibutuhkan oleh tanaman untuk pencernaan, fotosintesis, transport mineral, penunjang tubuh, dan sebagian besar digunakan untuk transpirasi atau proses evaporasi. Efisiensi air dapat dilakukan melalui sistem irigasi. Beberapa macam sistem irigasi yang dapat diterapkan diantaranya seperti irigasi alur, irigasi permukaan, irigasi sprinkle, dan irigasi tetes. Keseragaman irigasi berfungsi untuk memastikan air dan nutrisi tersebar secara merata.
Murtiningrum mengungkap masing-masing memiliki keunggulan dan tantangan. Sebelum mengairi, perlunya memahami debit dan tekanan air untuk menghindari genangan serta mengontrol kuantitas penyiraman. Air yang digunakan juga harus bersih agar terhindar dari terjadinya clogging. “Efisiensi penggunaan air dengan irigasi sprinkle dan tetes dapat mengurangi pemborosan sekaligus memungkinkan fertigasi. Ini juga bisa sebagai solusi untuk tanah kering, irigasi tetes bersifat hemat air namun tetap mendukung pertumbuhan tanaman.”, jelasnya.
Strategi selanjutnya yaitu menjaga kesuburan tanah. Tanah yang subur merupakan pondasi kokoh yang menopang pertumbuhan tanaman, menjamin produksi pangan yang berkualitas, dan memelihara ekosistem yang seimbang. Prof. Nuryani menegaskan tanah yang sehat adalah prasyarat bagi tanaman yang sehat pula. Kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah, pH tanah, dan aktivitas mikroba menjadi faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah. Untuk menjaganya, perlu dilakukan pengelolaan tanah. Beberapa teknik untuk meningkatkan kesuburan tanah seperti rotasi tanam berbeda jenis untuk mencegah serangan hama yang masif, menanam tanaman penutup, dan melakukan pengomposan. Penggunaan biochar juga menjadi alternatif yang murah dan efektif untuk tanah masam. Prof. Nuryani menyarankan untuk biochar diaplikasikan di lubang tanam atau sebelum pengolahan tanah. “Agar optimal, pemupukan harus berdasarkan kondisi tanah, analisis daun, dan kondisi tubuh tanaman. Pemupukan yang berlebihan tidak hanya boros, tetapi juga berkontribusi pada tercemarnya lingkungan.”, tuturnya.
Selain itu, Dr. Eka juga menyoroti pentingnya rasionalisasi biaya produksi yang didominasi oleh kebutuhan pupuk. Petani seringkali tidak menghitung kebutuhan dan cenderung tidak terkendali dalam memupuk. Supaya sistem produksi dapat bertumbuh, maka sumber daya harus dipenuhi dan dikondisikan. Biaya produksi dikondisikan lebih kecil dari manfaat yang ditimbulkan. Manfaat dalam sistem produksi yang dimaksud yakni bobot hasil dan mutu hasil. Dr. Eka menekankan pentingnya mengendalikan biaya produksi, salah satunya mengendalikan dosisi pupuk yang diberikan pada tanaman. Hal ini termasuk memahami kebutuhan nutrisi tanaman berdasarkan fase pertumbuhan, jenis tanah, serta kondisi iklim. Pertanian berkelanjutan sangat mungkin tercapai jika input dikelola secara optimal. “Yang ada dalam kendali kita adalah biaya. Kita masih bisa profit selagi biayanya rasional, tanpa harus mematok harga mahal.”, tambahnya saat menutup materi.
Selaras dengan antusiasme yang didapat dari peserta, diharapkan pengetahuan yang diperoleh juga dapat meningkatkan keberlanjutan agroekosistem. PIATalk melalui lokakarya ini menjadi salah satu langkah dari PIAT dalam mendukung SDGs 3, SDGs 6, SDGs, SDGs 8, dan SDGs 15.