Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak kembali menjadi perhatian serius di beberapa daerah di Indonesia. PMK disebabkan oleh virus RNA yang menyerang hewan ternak berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, kerbau, rusa dan babi yang ditandai dengan demam, nafsu makan hilang, air liur keluar secara berlebihan (hipersalivasi), keluar leleran dari hidung, lepuh hidung, mulut, lidah dan kuku. Penyakit PMK sangat cepat menular melalui kontak langsung dan dapat tersebar melalui udara dengan masa inkubasi 1-14 hari. Hal ini akan menyebabkan kerugian yang sangat tinggi yaitu penurunan produktivitas, kematian, dan harga jual hewan yang murah.
PMK muncul pertama kali pada tahun 2022 di Aceh Tamiang pada 22 April 2022 dan 28 April 2022 di Gresik Jawa Timur. Sejak awal Desember 2024 lalu, sudah sebanyak 8.483 kasus PMK tersebar di 9 provinisi khususnya daerah sentra ternak seperti Blora, Boyolali, dan Bantul. Catatan kasus PMK di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri meningkat siginifikan pada tahun 2025. Penyebaran di wilayah DIY di antaranya Gunung Kidul sebanyak 672 ekor kasus dengan rincian 27 ekor potong paksa dan 30 ekor mati. Di kabupaten Bantul terdapat 161 ekor kasus dengan 25 ekor mati dan 2 ekor potong paksa. Pada kabupaten Sleman terdapat 103 ekor kasus dengan 8 ekor mati dan 4 mati. Selain itu, di kabupaten Kulon Progo ditemukan 11 kasus dengan 1 hewan ternak mati.
Dampak tidak hanya terjadi pada produktivitas ternak, tetapi juga berimbas pada ekonomi peternak. Oleh karena itu, upaya kerja sama dari pemerintah, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), peternak, serta masyarakat sangat diperlukan. Langkah siaga yang dapat ditempuh yakni pencegahan dan pengendalian.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya seperti vaksinasi. karantina hewan, pengawasan lalu lintas ternak, dan dekontaminasi kadang dengan desinfektan. Pengobatan dengan memberi antibiotik, vitamin, dan perawatan luka pada hewan terdampak PMK juga harus segera dilakukan sebelum terjadinya penularan terhadap hewan ternak sehat lainnya. Selain itu, dapat dilakukan pengelolaan biosecurity ketat di area peternakan seperti pembatasan akses dan sterilisasi kendaraan yang masuk.
“Pemberian vitamin dan makanan bergizi harus diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh ternak. Jika ternak terdampak PMK, yang perlu dilakukan adalah perawatan luka terlebih dahulu. Berikan multivitamin dan pisahkan ternak yang sehat dengan karantina. Selain itu, harus tingkatkan kebersihan dan desinfeksi untuk perkandangan, bahkan bisa lakukan stamping out atau pemusanahan hewan terdampak untuk menekan penyebaran PMK tersebut”, jelas Dian Astuti, selaku Koordinator Peternakan Ruminansia Besar PIAT UGM.
Berkaitan dengan hal tersebut, PIAT mengambil tindakan untuk sementara tidak menerima tamu pada kegiatan Kunjungan pada Bidang Peternakan Ruminansia Besar dan Kecil. Hal ini merupakan upaya mitigasi demi mengawasi penyebaran virus dan menjaga kesehatan hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba yang berada di lingkungan PIAT.
Meskipun kegiatan kunjungan pada Bidang Peternakan Ruminansia Besar dan Kecil ditunda sementara, PIAT tetap menjalankan pengelolaan hewan ternak dengan menerapkan protokol biosecurity yang ketat. PIAT juga menghimbau masyarakat terutama para peternak untuk tidak panik, segera melapor jika hewan ternak mengalami gejala agar dapat ditangani oleh dokter hewan, serta selalu menerapkan protokol dan pengawasan ketat terhadap hewan ternak sehingga penyebaran PMK dapat dicegah dan dikendalikan.