Penanaman kopi di Banjarnegara, dimulai sejak tahun 2011. Di tahun 2014, UGM bersama PT PLN (Persero) menginisiasi serangkaian kegiatan pengembangan pertanian konservasi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa lokasi yang menjadi daerah binaan antara lain Desa Babadan dan Desa Plumbungan. Dr. Ir. Taryono, M.Sc yang saat itu menjadi ketua tim menjelaskan bahwa kondisi lingkungan di daerah Banjarnegara bagian atas berdekatan dengan Batur, Dieng, dinilai cukup membahayakan karena banyak ditanami kentang. Keadaan tanah dengan kemiringan yang cukup curam dengan kondisi tanpa tumbuhan penahan erosi serta kondisi tanah yang mudah erosi akibat proses penanaman kentang menimbulkan ancaman tersendiri bagi penduduk sekitar dan para pemakai jalan. Tanaman kopi dinilai baik sebagai tanaman penahan erosi, menurut Dr. Ir. Taryono, M.Sc.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah varietas kopi yang dikembangkan petani di Banjarnegara mendapatkan pengakuan sebagai kopi terbaik dalam kopi bertaraf nasional. Di tahun 2018, kopi Banjarnegara menjadi juara pertama pada Festival Kopi Nusantara, selain itu di tahun yang sama juga menjadi juara pertama pada Festival Uji Cita Rasa Kopi Jawa Tengah. “Oleh karena itulah di tahun 2019, kopi menjadi salah satu komoditas yang masuk ke dalam prioritas kerja Kabupaten Banjarnegara”, ujar Wakil Bupati Banjanegara, Syamsuddin, dalam sambutannya membuka Kick Off Program Pengembangan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED) Kopi di desa Babadan, Kecamatan Pagentan, Senin (11/2) lalu. Pada kesempatan itu juga, wakil Bupati Banjarnegara secara khusus mengucapkan terima kasih kepada UGM karena telah menginisiasi kegiatan pengembangan pertanian kopi di Banjarnegara di tahun 2014.
Bank Indonesia (BI) yang diwakili kantor perwakilan Purwokerto memulai Program LED Kopi di Kabupaten Banjarnegara sejak tahun 2018. Program itu meliputi berbagai kegiatan seperti pelatihan, bantuan bibit kopi unggul bersertifikat, memfasilitasi penguatan kelembagaan petani melalui pembentukan koperasi, serta bantuan sejumlah mesin pascapanen. Produktivitas kopi Arabica di Kabupaten Banjarnegara di tahun 2018 sebesar 755kg/hektar, sedangkan kopi robusta sebesar 805kg/ hektar. Kepala Departemen Regional II BI, Dwi Pranoto, mengatakan ada dua tujuan utama dari penananaman kopi di Desa Babadan. Pertama, untuk konservasi lahan karena kopi itu akar tunggangnya sangat dalam dan akar serabutnya juga lebar, kedua, yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani. “Sehingga kedepannya nama Banjarnegara tidak terlepas dari kopi”, tutupnya.