Peningkatan kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Yogyakarta menyebabkan Universitas Gadjah Mada turut berkontribusi dalam penyediaan shelter bagi pasien tanpa gejala (asyntomatic) dan gejala ringan. Gedung-gedung yang dialokasikan tersebut salah satunya adalah Rusun Asrama Mahasiswa PIAT yang diperuntukkan untuk penyintas Covid-19 di wilayah Sleman bagian Timur, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat digunakan oleh wilayah lain jika lonjakan kasus terus meningkat.
Minggu (1/8) Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM mengadakan sosialisasi penggunaan Rumah Susun Asrama Mahasiswa PIAT UGM sebagai tempat isolasi terpadu (isoter). Kegiatan tersebut selain dihadiri oleh jajaran manajemen PIAT dan Satgas Covid-19 UGM, juga dihadiri oleh Panewu Anom, Alurah, Komandan Rayon Militer (Danramil), Kepala Puskesmas, serta perwakilan warga Kapanewon Berbah.
“Kami mengapresiasi kegiatan sosialisasi pada hari ini mengingat Bantul dan Sleman menjadi dua wilayah dengan kasus positif tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di provinsi DI Yogyakarta,” Ujar Edhi Margono selaku Panewu Anom Berbah saat memberikan sambutan.
“Sebagai contoh di bulan Juli lalu tepatnya di Sendangtiro dalam satu hari pasien positif bertambah 7 orang, perlu dilakukan upaya penyelamatan apalagi varian delta juga diduga telah masuk ke Yogyakarta. Kami berharap dengan adanya isoter, program isolasi warga menjadi lebih terkontrol,” tutup beliau.
Danramil 10/Berbah yang juga turut hadir, berpesan agar seluruh pihak ikut terlibat dalam penanganan Covid-19. “Tanpa kerjasama dari semua lini, dapat dipastikan perang dalam melawan Covid menjadi tidak maksimal,” tutur Kapten Czi Supriyanto.
Setelah sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi penjelasan dari Kepala Puskesmas Berbah, Heri Pratomo. Beliau mengungkapkan data bahwa hingga Juli 2021 terdapat 460 pasien terkonfirmasi positif yang melakukan isolasi mandiri di rumah yang didampingi oleh tenaga kesehatan sejumlah 60 orang.
“Jumlah kematian dari awal Covid (Maret 2020) hingga Juli 2021 adalah sebanyak 120. Memang tidak semua kasus meninggal karena isoman di rumah, tapi akan lebih baik jika pasien positif terkontrol di satu tempat,” Ungkap beliau.
Heri Pratomo juga menjelaskan kesulitan dalam mengedukasi pasien agar mau ditempatkan di shelter kecuali atas inisiatif sendiri. Menurutnya, isolasi mandiri di rumah menjadi tidak efektif apalagi jika rumah yang digunakan tidak sesuai standar. “Justru dari kasus isoman ini malah banyak sekali yang menjadi kluster keluarga dan warga juga sekarang takut mengakses puskesmas dengan alasan takut dicovidkan.”
Setelah penjelasan dari Kepala Puskesmas Berbah, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi. Perwakilan warga terlihat sangat antusias dengan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti prosedur dan syarat untuk melakukan isolasi di Isoter, pengelolaan sampah di Isoter, serta memohon permintaan agar ambulance yang masuk ke Isoter tidak menyalakan sirine mengingat posisi Rusun yang berdampingan dengan warga.
Perwakilan Satgas Covid UGM yang turut hadir juga mengapresiasi kinerja Satgas Covid Berbah yang terdiri dari Babinsa, Bhabinkamtibnas, serta para relawan yang terus bergerak untuk menekan laju pertambahan kasus Covid-19.
Photos credit to : Humas UGM