Sebagai respons terhadap tantangan perubahan iklim di tengah meningkatnya permintaan akan pangan dan produk pertanian, Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM berupaya untuk terus mengembangkan pertanian secara berkelanjutan melalui sebuah konsep pertanian modern yang disebut circular farming. Konsep ini merupakan sistem pertanian yang memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan/pangan/hortikultura serta ternak dan perikanan untuk mendapatkan agroekosistem yang mendukung produksi pertanian, peningkatan ekonomi dan pelestarian sumberdaya alam. Dalam istilah lain, konsep ini juga dikenal sebagai integrated farming system atau secara resmi diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai circular agriculture. Circular farming menjadi katalisator perubahan di PIAT UGM, merubah tolak ukur pertanian dari yang semula terbatas pada intensifikasi dan efisiensi menjadi optimalisasi seluruh sumber daya dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle).
Mengapa Circular Farming?
Pertanian konvensional sering kali memunculkan masalah seperti degradasi tanah, penurunan kualitas air, dan ketidakseimbangan ekosistem. Circular farming muncul sebagai solusi yang tidak hanya berfokus pada status quo, tetapi juga perkembangan dunia pertanian yang dinamis. Alasan menarik circular farming mulai digemari antara lain, menciptakan keseimbangan alam, meningkatkan inovasi dan kreativitas para petani dan peneliti, memberdayakan lingkungan, serta masih banyak lagi.
Keuntungan Circular Farming di PIAT UGM
Dengan menerapkan circular farming, PIAT UGM telah merasakan beberapa keuntungan yang positif dan signifikan seperti berikut:
- Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya
- Mengurangi penumpukan limbah dan melestarikan nutrisi penting dengan mendaur ulang limbah organik.
- Mampu memproduksi hasil pangan secara mandiri serta membantu pengembangan kewirausahaan bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat
- Konservasi keanekaragaman hayati
Tantangan dan Masa Depan
Tentu saja, tetap ada tantangan dalam mengadopsi circular farming, seperti kurangnya pemahaman, kebutuhan akan kawasan yang memadai dan biaya yang cukup tinggi, serta perubahan paradigma. Namun, PIAT UGM melihat tantangan ini sebagai peluang untuk terus berinovasi dan menciptakan solusi yang lebih baik.