PIAT UGM kembali menggelar PIATalk, sebuah wadah untuk berbagi wawasan dan pengetahuan akan suatu tema yang berkaitan dengan agroteknologi. PIATalk edisi ke-5 ini dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya bertajuk Formulasi Pupuk untuk Kebutuhan Tanaman. Acara ini berlangsung selama 3 hari dengan 3 tema yang berbeda, diikuti oleh 32 peserta terdiri dari internal staf PIAT dan juga eksternal dari perwakilan suatu perusahaan. Diadakan secara luring, PIATalk kali ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta dalam mengenali kondisi tanah dan tanaman serta merumuskan formulasi yang tepat untuk pupuk sesuai dengan kebutuhan. Pada Senin (18/11), dua narasumber dihadirkan yakni Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc., selaku dosen dari Fakultas Biologi UGM dan Dr. Firdausi Nur Azizah, S.P., selaku dosen dari Fakultas Pertanian UGM.
Paparan materi mengupas tentang komposisi ideal dalam tanah dan pupuk. Dwi Umi menekankan bahwa tanah yang ideal harus memiliki kandungan air sebanyak 25%, organik material minimal 5%, serta unsur mikro seperti besi, mangan, boron, hingga molibdenum. Unsur hara dalam tanah berfungsi penting merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman secara keseluruhan, utamanya pertumbuhan akar, batang dan daun. Penyerapan hara dipengaruhi faktor seperti temperatur, pH, cahaya, aerasi, dan interaksi antar ion. Dosis standar dalam penggunaan pupuk berperan penting dalam meningkatkan produksi tanaman, kualitas hasil panen, dan kualitas lingkungan.
“Tanaman yang kekurangan pupuk akan menunjukkan gejala seperti klorosis, nekrosis, hingga kerdil. Formulasi yang tepat dapat mencegah terjadinya hal ini”, ujar Dwi Umi. Formulasi pupuk perlu memenuhi standar yang ditetapkan Kementerian Pertanian, termasuk kandungan hara minimal 2% dan rasio NPK antara 2-6%. Dasar pertimbangan pemupukan juga harus diperhatikan seperti ketersediaan hara tanah, kehilangan hara oleh serapan tanaman, gejala kekurangan hara, serta kondisi lingkungan. Salah satu pemupukan yang memberi dampak signifikan adalah dengan biofertilizer.
Biofertilizer merupakan pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme hidup yang mampu menyediakan unsur hara untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman. Selain itu juga membantu mempercepat proses pelepasan gas metana dalam pengelolaan biogas. Dwi Umi menambahkan, biofertilizer yang memanfaatkan limbah peternakan berupa urin sapi ditambah mikrobia fermentator menunjukkan potensi besar dalam mendukung ekosistem pertanian yang lebih sehat dan produktif.
Di sisi lain, sekitar 40-70% N, 80-90% P, dan 60-70% K pupuk yang diaplikasikan akan hilang ke lingkungan dan tidak diserap oleh tanaman. Hal ini menyebabkan kerugian secara ekonomi bahkan dapat berbahaya mencemari lingkungan. Firdausi Nur mengungkapkan perlunya desain pupuk yang lebih efisien. Pelepasan nutrisi lebih lambat dan efisien jika pupuk dilapisi pelindung atau coating dengan menggunakan bahan alami seperti tepung singkong atau kentang sehingga menjadi pupuk lepas lambat. Coating inilah yang membuat proses pelepasan hara terjadi secara lambat sinkron dengan penyerapan hara oleh tanaman.
“Prinsip pembuatannya, melapisi pupuk dengan bahan alami. Bisa dengan tepung singkong, tepung jagung, tepung kentang, dibuat menjadi pelet ataupun kapsul. Ini bisa menunda kelarutan pupuk sehingga tidak mudah hilang. Nutrisi bisa bertahap keluar, jadi lebih efisien”, tambah Firdausi Nur. Metode Split Application juga dikenalkan, yakni membagi dosis pemupukan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Ketepatan waktu memberi dampak sebab tanaman memiliki fase optimal terutama pada masa transisi dari vegetatif ke generatif. Selain itu, ia mengingatkan bahwa sangat perlu untuk menganalisis kondisi tanah terlebih dahulu, apakah bersifat masam, berpasir, maupun berlempung. Melalui analisis, kita bisa mengetahui bagaimana treatment yang tepat dan sesuai untuk setiap jenis tanaman.
Atas antusiasme yang terbangun di PIATalk, PIAT UGM berkomitmen untuk terus mendukung inovasi di sektor agraris serta memperkuat sinergi antara teori dan praktik di lapangan. Harapannya, lokakarya dapat rutin digelar dengan tema menarik lainnya guna meningkatkan efisiensi pertanian yang berkelanjutan. PIATalk mendukung SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDG 15: Kehidupan di Atas Darat, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.