Senin (23/9), sejumlah 88 mahasiswa dan 1 dosen dari Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi UGM berkunjung ke PIAT. Sebagai unit penunjang layanan tridharma perguruan tinggi, PIAT UGM bertugas untuk menyelenggarakan Pendidikan mengenai proses bisnis agroteknologi kepada mahasiswa di UGM. Layanan Pendidikan ini salah satunya diwujudkan dengan layanan kunjungan yang merupakan bagian dari program agroedutainment yang diselenggarakan PIAT UGM dalam rangka implementasi program untuk mewujudkan SDGs 2: Quality Education. Kunjungan mahasiswa kali ini difokuskan untuk melihat proses pengolahan sampah yang dilaksanakan di PIAT UGM.
Permasalahan pengelolaan sampah di Yogyakarta yang masih berlangsung dalam beberapa tahun terakhir juga mendorong UGM untuk turut melakukan pembenahan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di kampus UGM dimulai dengan pengurangan penggunaan sekali pakai dalam konsumsi makanan maupun minuman. Pengaturan pemilahan sampah mulai dari sumber juga telah dimulai melalui 3 jenis pemilahan yaitu sampah organik, sampah daur ulang, dan sampah residu. Pengangkutan sampah tersebut juga telah disesuaikan melalui kendaraan dan jadwal yang berbeda mengikuti jenis sampahnya. Sampah tersebut selanjutnya dibawa ke PIAT UGM untuk diolah di fasilitas yang Bernama Rumah Inovasi Daur Ulang (Rindu). Mahasiswa peserta kunjungan diedukasi mengenai proses pengelolaan sampah ini agar dapat berpartisipasi untuk melaksanakan pemilahan secara tepat maupun mengupayakan pengolahan sampah sejak dari lingkungan kampus.
Setelah dijelaskan mengenai pengelolaan sampah di UGM secara umum, mahasiswa diedukasi mengenai pengolahan sampah organik. Sampah organik merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan di kampus UGM dengan proporsi lebih dari 50%. Oleh karena itu pengolahan sampah di PIAT UGM juga memprioritaskan pengolahan sampah organik dengan produk yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi pertanian sirkuler di PIAT UGM. Hal ini merupakan upaya untuk mencapai SDGs 13: Climate Action dengan mencegah sampah organik masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) agar tidak menambah emisi gas metana yang merupakan gas rumah kaca. Pengolahan sampah organik pertama yang dipelajari oleh mahasiswa adalah proses biokonversi sisa makanan menggunakan maggot lalat hitam (Black Soldier Fly). Faktanya, sisa makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang dihasilkan di Indonesia. Farm maggot BSF di PIAT UGM saat ini mengolah sekitar 4-5 ton sampah sisa makanan per bulan yang berasal dari Rumah Sakit Akademik, Pusat Jajanan Lembah, kantin Fakultas Pertanian, serta laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian. Melalui proses biokonversi ini sisa makanan diubah menjadi maggot yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Di PIAT UGM, maggot dimanfaatkan untuk pakan lele serta ayam petelur. Sisa prosesnya yaitu kasgot (bekas maggot) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman, Proses ini merupakan gambaran pertanian sirkuler yang telah diterapkan di PIAT.
Di Rindu, mahasiswa juga diperlihatkan proses pemilahan dan pencacahan sampah yang masih tercampur. Proses pemilahan yang cukup sulit dan beresiko ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai pentingnya pemilahan sejak dari sumber sampah untuk mempermudah proses pengolahannya. Peserta juga ditunjukkan proses pengomposan sebagai proses pengolahan sampah organik yang sederhana dan mudah untuk dipraktikkan. Kompos yang dihasilkan di PIAT ini selanjutnya dikomersilkan, diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik dengan campuran bahan lain, digunakan secara internal untuk pertanian dan Perkebunan, serta didistribusikan kepada petani mitra. Dengan melihat upaya pengolahan sampah di Rindu ini, diharapkan mahasiswa yang berkunjung juga dapat meneruskan edukasi pengelolaan sampah ke sivitas akademika lainnya. Edukasi ini penting untuk mendorong perubahan perilaku ramah lingkungan dan mewujudkan UGM sebagai kampus hijau yang berkelanjutan.