Kamis (07/10), PIAT UGM menjadi host dalam penyelenggaraan kegiatan Webinar Pusat Indonesia-Afrika yang pertama kalinya. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut rencana pendirian Pusat Indonesia-Afrika antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan University of Namibia (UNAM) yang sebelumnya telah didiskusikan dalam pertemuan pada tahun 2018 yang lalu. Kolaborasi antar kedua universitas ditujukan untuk bekerjasama di berbagai bidang dan isu strategis terkait dengan pembangunan berkelanjutan. Pusat ini juga diharapkan dapat menjadi wadah untuk bertukar pengetahuan, sumberdaya dan inovasi, termasuk mobilitas mahasiswa, dan staf antar kedua universitas.
“Dalam penyediaan pangan bagi bangsa, benih memegang peranan penting karena akan berdampak pada produksi maupun produktivitas suatu komoditas”, ungkap drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM ketika memberikan sambutan. Beliau juga menambahkan bahwa diperlukan sistem perbenihan yang kuat, yaitu produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian.
“Dengan adanya Webinar ini, kita semua berharap dapat memberikan jawaban kecil namun bermakna atas masalah penyediaan benih untuk mendukung ketahanan pangan bagi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk kedua negara,” tutupnya.
Prof. Kenneth Matengu, salah satu wakil Rektor dari Universitas Namibia juga turut memberikan sambutan pada kegiatan Webinar di siang itu. “Salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh PBB adalah mencapai ketahanan pangan, dan ketahanan pangan tidak akan pernah bisa tercapai tanpa adanya benih-benih berkualitas yang mendukung program tersebut.” Prof. Matengu juga membicarakan dampak dari perubahan iklim yang akan mengganggu ketahanan pangan bangsa. Beliau menyerukan untuk bersama-sama mencari solusi atas kedaruratan perubahan iklim tersebut.
Webinar kali itu dilanjutkan dengan sesi persentasi panelis dari kedua negara. Prof. Rhoda Birech mendapatkan kesempatan yang pertama dengan mengangkat isu strategi ketahanan pangan di Namibia dengan mengenali peluang yang akan muncul di sektor perbenihan. “Di tahun 2020, UNAM dan Badan Agronomi Namibia telah menandatangi MoU untuk mengembangkan benih menuju ketahanan pangan Namibia, salahsatu komoditas yang menjadi prioritas penelitian kami kentang mengingat hingga saat ini kami masih mengimpor kentang kurang lebih 20.000ton setiap tahunnya dari Afrika Selatan.” Prof. Birech juga menambahkan kesempatan berkolaborasi dalam penelitian untuk pengembangan benih terbuka lebar dengan Indonesia terutama untuk menunjang peningkatan produksi komoditas pertanian.
Sesi presentasi kedua diisi oleh Dr. Simon Awala yang mengangkat topik mengenai produksi, tantangan, dan inisiatif menuju ketahanan pangan. “Beberapa tantangan yang harus kami hadapi di Namibia untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura adalah kekeringan, musim hujan yang pendek, tanah yang kurang subur, kurangnya mekanisasi pertanian, dan hal ini diperparah dengan kurangnya benih unggul di sektor tersebut.” Dr. Awala juga menjelaskan meskipun hingga saat ini ketahanan pangan bangsa masih dipenuhi dengan cara impor, pemerintah Namibia mulai serius menangani hal tersebut dengan berkolaborasi di berbagai project dengan negara lain seperti Jepang untuk pengembangan benih padi, dan Belanda untuk perbaikan kondisi tanah yang ada di sana.
Dr. Taryono selaku Kepala PIAT UGM juga turut berpartisipasi dalam kegiatan siang itu. Beliau memberikan presentasi dengan topik peran pemulia tanaman terhadap ketahan pangan. “Benih varietas yang telah ditingkatkan mutunya adalah input yang paling ekonomis untuk budidaya tanaman”, ujarnya saat memulai presentasi. Beliau memberikan contoh tentang pengembangan teh dan juga padi yang hingga saat ini masih terus dilakukan oleh UGM. “Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh pemulia di UGM difasilitasi dengan kebun penelitian yang tersebar di beberapa titik, bank genetika, serta laboratorium terpadu yang memudahkan kami dalam bekerja.”
Sesi terakhir presentasi diisi oleh Ir. Asep Harpenas yang merupakan direktur penelitian dan pengembangan PT. East West Seed Indonesia (EWINDO). “Di tahun 2021, ada 100 komoditas pertanian yang menjadi prioritas pengembangan kami, sebagai contoh jagung, terong, timun, cabai, dan melon.” Ewindo merupakan salah satu mitra yang terus mendukung pengembangan penelitian pertanian di UGM. Di tahun 2018, Ewindo memberikan hibah Bank Genetika Sayuran yang hingga kini telah menyimpan ribuan aksesi dari komoditas sayuran yang diteliti oleh PIAT UGM. “Jika kita ingin membangun bisnis yang berkelanjutan di bidang pertanian, maka tempatkanlah petani sebagai bagian dari bisnis tersebut,” ujarnya saat menutup sesi presentasi.
Panjisakti Basunanda, Ph.D yang merupakan dosen dari Budidaya Pertanian UGM bertindak sebagai moderator dan memimpin jalannya diskusi dengan sangat hangat pada siang itu. Peserta terlihat sangat antusias terlihat dari sejumlah dua belas pertanyaan yang dijawab secara bergantian oleh pemateri Webinar. Kegiatan ditutup oleh Prof. Frednard Gideon yang merupakan Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Namibia. Beliau mengucapkan terima kasih kepada UGM karena telah membantu dalam pendirian Pusat Indonesia-Afrika yang tentunya akan membuka banyak kesempatan untuk berkolaborasi dalam penelitian, inovasi, dan perluasan kerjasama lainnya. “Webinar dengan tema Ketahanan Pangan ini merupakan webinar pertama di tahun 2021 antar kedua negara, di bulan November dan Desember akan ada webinar lanjutan dengan mengangkat tema lain yang relevan bagi Indonesia dan Namibia.” , tutupnya.