Lebih dari 50% sampah yang ada di Indonesia adalah sampah organik yang mudah busuk salah satunya adalah sampah sisa makanan atau food waste. Sampah organik atau limbah makanan berasal dari berbagai sumber seringkali langsung digunakan sebagai pakan ternak tanpa dilakukan sterilisasi sehingga beresiko menularnya penyakit manusia ke hewan dan sebaliknya. Di samping food waste, limbah organik yang cukup pelik dihasilkan oleh industri peternakan berupa kotoran hewan (kohe). Industri peternakan ayam dewasa ini berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Salah satu upaya untuk pengolahan sampah dan limbah organik tersebut adalah dengan menggunakan bantuan maggot (belatung) dari black soldier fly (Hermetia illucens) atau dikenal dengan BSF. Pengelolaan dengan menggunakan cara ini disebut dengan biokonversi limbah. Larva ini akan dijadikan sebagai sumber protein hewani dan lemak hewani yang dibutuhkan untuk pakan hewan dan juga sumber pangan. Biokonversi maggot merupakan masa depan pengolahan sampah organik. Metode biokonversi memungkinkan sampah organik bisa tereduksi hingga 80-90% selama proses dengan kurun waktu yang lebih sedikit.
Berangkat dari kondisi tersebut, PIAT UGM dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. berkolaborasi sebagai komitmen untuk pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs) 12 – Responsible Consumption and Production dengan mengembangkan teaching factory pemrosesan maggot BSF menjadi tepung dan minyak kualitas tinggi. Pengembangan teaching factory ini didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui program Matching Fund Kedaireka, hibah dari PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. serta dana penelitian inovasi agroteknologi PIAT UGM.
Teaching factory pemrosesan limbah menggunakan maggot BSF ini berada di PIAT UGM dengan kapasitas pengolahan limbah mencapai 300kg/hari. Diharapkan dari fasilitas ini permasalahan kotoran ayam dan sisa makanan dapat diselesaikan sembari memproduksi maggot BSF yang dapat digunakan sebagai bahan pakan sehingga dapat mewujudkan ekonomi sirkuler. Meski demikian, nilai jual maggot dalam bentuk fresh harganya masih belum dapat menghasilkan keuntungan yang optimal sehingga akan dilakukan pemrosesan menjadi maggot kering, tepung, dan minyak maggot. Selain maggot, dari teaching factory ini juga dihasilkan bekas maggot (kasgot) yang dimanfaatkan sebagai pupuk.
Melalui kolaborasi ini sejumlah 8 mahasiswa telah terfasilitasi untuk melaksanakan penelitian mulai dari budidaya maggot BSF hingga pemrosesan menjadi tepung dan minyak. Selanjutnya diharapkan fasilitas ini dapat digunakan untuk kegiatan magang, kuliah lapangan, pelatihan, maupun sarana penelitian untuk tugas akhir.