Perempuan memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan secara publik dan domestik. Perempuan berperan penting dalam memastikan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, serta keamanan pangan yang cukup secara kuantitas dan kualitas untuk mendukung kehidupan yang sehat. Pada tingkat komunitas, peran perempuan juga terwadahi dalam Kelompok Wanita pengorganisasian dan pengelolaan aktivitas pertanian berkelanjutan.
Pada Jumat (06/09), Talkshow Nasional Agrifest 2024 menjadi forum diskusi membahas langkah strategis yang dapat ditempuh untuk menanggulangi permasalahan ketahanan pangan di Indonesia. Sesi pertama bertajuk “Peran Strategis Perempuan dalam Ketahanan Pangan” dengan menghadirkan tiga narasumber diantaranya Diah Widuretno (Sekolah Pagesangan), Dewi Pertiwi (PT Kaleka Wana Nusantara), dan Prof.Dr.Ir Eni Harmayani, M.Sc.(Fakultas Teknologi Pertanian UGM).
Di materi pertama, Diah menyampaikan bahwa perempuan memiliki beban ganda domestik dan publik. Sebagai contoh, perempuan di Sekolah Pagesangan dapat bekerja di ladang untuk produksi pangan, menyediakan konsumsi di dapur, dan mendistribusi pangan ke warung atau pengepul dalam satu hari. Pekerjaan yang tidak dibayar tersebut menjadikan perempuan dianggap tidak melakukan pekerjaan yang produktif. Langkah strategis Sekolah Pagesangan adalah mengenalkan kembali sistem pangan ke kalangan Gen Z agar mau bertani dan mengembangkan kembali potensi desa. Diah menjelaskan bahwa, makanan lokal seperti singkong seharusnya diperkenalkan ke anak-anak. Indonesia memiliki 18 jenis varietas singkong, seperti ganyong, uwi, gembili, gembolo, hingga suweg. Varietas tersebut terancam karena adanya kebijakan impor tepung terigu yang menyebabkan tepung lokal menjadi jarang digunakan. Salah satu pergeseran budaya adalah konsumsi tiwul yang semakin menurun karena dianggap kurang bermartabat daripada konsumsi beras. Penerapan pengenalan pangan lokal telah dilaksanakan di Sekolah Pagesangan melalui riset bersama dengan identifikasi pangan lokal yang masih dibudidayakan seperti sorghum, melakukan penelitian, hingga membuka usaha bersama kedai sehat pagesangan.
Pada materi kedua, Dwi menjelaskan bahwa perempuan berperan dalam ketahanan pangan seperti menyediakan makanan sehat di rumah dan pemasaran produk di pasar. Sejak 2016, Omah Lor sudah mengenalkan konsep pertanian organik. Omah Lor menjadi ruang berdiskusi terkait makanan sehat, tempat produksi, hingga cara living skill yang berkelanjutan bersama petani dan masyarakat sekitar. Selain itu, Omah Lor mengadakan festival sebagai langkah strategis meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya produk lokal. Kolaborasi antara Kaleka Wana dan petani berhasil memanfaatkan kulit pala menjadi manisan yang dapat menjadi nilai tambah. Melalui Kaleka, petani dikumpulkan dan diberikan akses pasar untuk ekspor dengan sistem bagi hasil antara petani dan Kaleka yang telah disepakati bersama.
Pada materi ketiga, Prof. Eni menyampaikan bahwa perempuan berperan dalam ketahanan pangan mulai dari produksi, distribusi, dan konsumsi. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat luar biasa tetapi konsumsi pangan masyarakat seragam padahal terdapat kalender buah-buahan. Banyaknya sumber pangan belum menjamin kesejahteraan masyarakat karena masih banyak yang stunting. Salah satu inovasi berbasis umbi-umbian yang dikembangkan adalah cookies probiotik gluten free dari ubi jalar yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak autis. Adapun, produk My Cookies yang terbuat dari tepung garut tanpa tepung terigu. Akan tetapi, sosialisasi dan promosi produk pangan lokal tersebut cenderung lebih sulit karena kedaulatan rasa sudah dijajah oleh negara lain, seperti tren topokki dari drama korea.
Sebagai penutup, Prof. Eni mengharapkan Gen Z dapat ikut serta dalam mempromosikan dan mengembalikan kedaulatan pangan Indonesia sehingga pangan lokal menjadi urutan pertama di negara sendiri. Prof. Eni menegaskan bahwa pentingnya dukungan dari pemerintah, konsumen, dan akademisi. Perlu lebih banyak dukungan agar perempuan dapat semakin berkontribusi untuk mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan. Dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia telah diterbitkan buku berjudul Pusaka Cita Rasa Indonesia yang bertujuan untuk mendokumentasikan resep masakan nusantara sehingga tidak diklaim oleh negara lain.
Melalui sesi talkshow nasional ini diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan SDG 1:Tanpa Kemiskinan, SDG 2: Tanpa Kelaparan, dan SDG 5: Kesetaraan Gender.