Kamis (17/2), Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM menerima kunjungan dari warga Desa Kagokan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo dalam rangka studi banding budidaya maggot. Sekitar 43 peserta terdiri dari perangkat desa, kelompok peternak, kelompok tani, kelompok wanita tani, dan juga pengusaha. Berawal dari keresahan adanya permasalahan sampah di desanya, menjadi maksud warga desa Kagokan untuk belajar pengelolaan sampah khususnya organik di PIAT UGM. Mereka mendapatkan materi tentang budidaya lalat hitam atau BSF terlebih dahulu sebelum kemudian berkeliling ke lapangan di Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU).
“Mudah-mudahan nanti keluarga dari desa Kagokan ini bisa menyerap dan bisa mengembangkan, dengan harapan bisa menumbuhkembangkan perekonomian yang ada di Desa Kagokan, sehingga secara individu kita bisa hidup mandiri, ini harapannya,” ungkap … dalam pengantarnya.
Kedatangan warga desa Kagokan menunjukkan bahwa masalah pengelolaan sampah tidak hanya terjadi di area perkotaan, bahkan di pedesaan pun mengalami hal serupa. Permasalahan tidak terbatas pada pengelolaan sampah saja, melainkan juga di bidang pertanian maupun peternakan, seperti harga pupuk dan pakan yang semakin mahal. Selain itu, permasalahan pada kesuburan tanah juga bisa saja terjadi, sehingga sebanyak apapun pupuk yang diberikan ke lahan tidak berpengaruh positif terhadap produktivitas tanaman. Di sinilah kita perlu mengevaluasi cara budidayanya, bahwa ternyata penambahan pupuk organik ini sangat diperlukan untuk keberlanjutan kesuburan tanah.
Sampah organik termasuk jenis sampah yang paling mudah dikelola dari awal tanpa memerlukan teknologi yang rumit. Namun, apabila tidak segera diselesaikan, permasalahan sampah ini dapat semakin sulit untuk dipecahkan. Dalam hal ini, budidaya lalat hitam atau BSF (Black Soldier Fly) menjadi solusi yang tepat untuk pengolahan sampah organik secara cepat.
“Misalkan dengan metode pengomposan, untuk beberapa jenis sampah yang memang hanya bisa dikomposkan, memerlukan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan, tetapi jika dengan maggot ini, limbahnya bisa langsung habis bahkan hanya dalam waktu satu hari, dan residunya juga dapat langsung kita gunakan,” ungkap Pipit, selaku koordinator lapangan di bidang pengelolaan limbah.
Selain menyelesaikan permasalahan pengolahan sampah organik, budidaya maggot BSF juga menghasilkan tiga produk bermanfaat yaitu maggot sebagai pakan, kasgot, dan pupuk cair. Maggot juga bukan merupakan vektor penyebar penyakit karena lalat dewasa hanya mengonsumsi cairan seperti nectar (pada habitat alami) atau air gula (pada pembudidayaan).